Banjir Jakarta yang terjadi beberapa hari terakhir menyebabkan banyak kerugian materi. Keadaan ini juga bisa mendatangkan segudang penyakit, salah satunya hipotermia. Seorang warga Kebon Pala, Jakarta Timur mengalami hipotermia lantaran rumahnya diterjang banjir. Dokter Puskesmas Kebon Pala, Novita Eka, menyampaikan bahwa warga yang menjadi korban banjir Jakarta tersebut telah dirujuk ke rumah sakit terdekat karena fasilitas medis di puskesmas kurang memadai.
“Baru dirujuk satu pasien karena hipotermia. Dia kedinginan, menggigil, suhunya juga turun, jadi dirujuk,” tutur Novita.
Pengertian hipotermia
Paparan suhu dingin dalam waktu lama menyebabkan tubuh kehilangan kontrol untuk mengatur suhu panas. Untuk diketahui, suhu panas tubuh dapat menghilang lebih cepat, terutama akibat radiasi, paparan angin, atau sesuatu yang lembap. Sedangkan, jika Anda terpapar dingin karena banjir Jakarta, kehilangan panas dalam tubuh dapat terjadi 25 kali lebih cepat.
Adalah hipotalamus, yaitu bagian dari otak yang bekerja sebagai pengontrol suhu tubuh. Ia mempunyai tugas untuk menghangatkan dan mendinginkan suhu pada tubuh. Saat paparan suhu dingin terjadi, menggigil adalah respons pertahanan tubuh untuk menghasilkan panas melalui aktivitas otot.
Suhu tubuh yang rendah (dingin) bisa memperlambat aktivitas otak, pernapasan, dan denyut jantung. Selain itu, dampak lain yang mungkin terjadi akibat kondisi ini adalah kebingungan, kelelahan, dan menurunnya kemampuan untuk memahami apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan tingkat kecepatan hilangnya panas pada tubuh, hipotermia dapat dibedakan menjadi:
1. Hipotermia akibat kelelahan
Pada kondisi yang terlalu lemah, tubuh tidak akan mampu menghasilkan panas, sehingga orang tersebut akan jatuh pada kondisi hipotermia.
2. Hipotermia akut atau imersi
Kondisi ini terjadi apabila seseorang kehilangan panas tubuh secara mendadak dan sangat cepat. Contohnya saat seseorang jatuh ke kolam dengan air yang sangat dingin.
3. Hipotermia kronis
Jenis ini terjadi bila panas tubuh menghilang secara perlahan. Hipotermia kronis umum terjadi pada lansia yang tinggal di ruangan dengan kehangatan kurang, atau pada tunawisma yang tidur di luar ruangan.
4. Tidak hanya pada korban banjir Jakarta
Selain pada korban banjir Jakarta, penyakit hipotermia juga dapat terjadi pada kelompok-kelompok lain yang rentan mengalami kondisi ini. Mereka yang termasuk berisiko mengalami hipotermia adalah:
1. Anak-anak
Anak-anak kehilangan panas lebih cepat daripada orang dewasa. Golongan usia ini cenderung mengabaikan kedinginan, karena terlalu asyik dengan hal-hal lain. Selain itu, anak-anak juga cenderung tidak memiliki pilihan yang tepat dalam berpakaian saat cuaca dingin.
2. Orang lanjut usia
Orang yang memasuki usia paruh baya, kemampuan tubuhnya untuk mengatur suhu dan rasa dingin akan berkurang. Bahkan, pada orang yang telah lanjut usia, mereka tidak dapat berbicara dan menggerakkan tubuh saat kedinginan.
3. Orang dengan penyakit jiwa
Orang dengan penyakit jiwa dan demensia adalah kelompok yang berisiko terkena hipotermia. Biasanya, orang yang menderita demensia dapat tersesat saat bepergian ke luar rumah. Hal ini tentunya membuat mereka terpapar udara luar dalam waktu yang lama.
4. Minum alkohol saat cuaca dingin
Alkohol memang dapat membuat tubuh terasa hangat. Namun, minum alkohol di saat cuaca dingin bisa menyebabkan pembuluh darah melebar, sehingga panas tubuh dapat menghilang dengan lebih cepat.
Minum alkohol saat cuaca dingin juga membuat Anda berkeinginan untuk minum alkohol lebih banyak hingga akhirnya mabuk. Saat mabuk, kemungkinan besar Anda mengalami hipotermia.
Melihat bahayanya hipotermia terhadap kesehatan, seperti yang diuraikan di atas, maka jangan biarkan banjir Jakarta membuat Anda mengalami kondisi tersebut. Jaga tangan dan kaki tetap kering, serta tutupi bagian tubuh terutama perut dan kepala dengan selimut agar Anda tidak kedinginan. Jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter jika Anda mengalami gejala-gejala yang merujuk pada hipotermia.
source: klikdokter.com